COVID-19 story part 2
Hi! Yes, im back untuk melanjutkan cerita tentang COVID-19. Semoga ada pesan yang bisa diambil ya. Kali ini aku benar-benar ditunjukkan jawaban dari pertanyaan yang sering berseliweran di media sosial.
1. Sudah
di vaksin, emang masih bisa kena COVID?
Bisa! Aku di vaksin bulan Januari dan Februari 2021 dengan vaksin Sinovac. Ketika ayah dan ibuku sakit COVID-19, ternyata sistem imun ku tidak kuat untuk melawan si SARS-COV-2 ini, akhirnya aku demam, sempat sampai 37,6 derajat celcius dan 2 hari sebelumnya sudah ada sakit tenggorokan seperti batuk kering. Pada hari ke-3, karena aku tidak nyaman dengan kondisiku yang demam, aku pergi ke dokter sendirian untuk periksa. Aku menanyakan untuk swab namun belum bisa, karena dokter yang bisa swab belum datang. Aku diberi salah satu antibiotik, ibuprofen, dan obat sakit tenggorokan. Namun tentu saja antibiotik tidak aku minum karena pernah membaca bila ini memang COVID-19, tentu tidak memerlukan antibiotic. Malamnya, demamku turun. Aku merasa senang, merasa ini bukan COVID-19, namun keesokan harinya, aku mulai kehilangan penciuman. Ketika biasanya rutin menyemprotkan desinfektan, kali itu, aroma desinfektan yang menyengat tidak lagi menggangguku. Aneh. Sore harinya aku memanggil tenaga medis untuk melakukan swab.
Ternyata benar, aku positif COVID-19. Tersisa
adikku. Satu-satunya yang belum mendapatkan vaksin dan satu-satunya yang
negative COVID-19. Alhamdulillah juga, keesokan harinya ada dokter dari
puskesmas dan diberi beberapa medikamen atau obat-obatan untuk mengurangi
gejala COVID-19 seperti obat pengencer dahak, vitamin C, vitamin D, dan obat
penurun panas.
2. Terus
ngapain vaksin? Vaksin atau engga vaksin tetap bisa kena COVID-19?
Tapi gejalanya
berbeda. Gejala COVID-19 pada orang yang belum mendapatkan vaksin, orang yang
mendapatkan vaksin hanya dosis 1 dan orang yang mendapatkan vaksin hingga dosis
ke-2. Seperti aku yang hanya mengalami batuk disertai demam (1 hari saja) dan
anosmia selama 4 hari. Total selama 7 hari. Lalu aku melanjutkan isolasi di
rumah hingga 14 hari serta melakukan tes antigen untuk memastikan dan di akhiri
tes PCR (itu karena aku akan melakukan perjalanan ke luar negeri, maaf, biaya
PCR yang mahal membuatku tidak bisa tes
PCR berkali-kali untuk konfirmasi kondisiku dan keluargaku).
3. Engga
ada gelaja, harus tetap isolasi ya?
Iya, karena ini
COVID-19 memang ada yang tidak ada gejala. Ada yang disertai demam, anosmia hingga sulit
bernapas sehingga membutuhkan bantuan oksigen.
4. Sudah
antigen negatif, masi perlu PCR kah?
Iya, karena PCR
bisa sampai mendeteksi materi genetik dari sebuah virus yang ukurannya super
kecil sekali. Sedangkan antigen itu mendeteksi adanya antigen yang bukan bagian
dari virus, namun ada karena kehadiran si virus.
5. Apa
sih yang bisa ningkatin antibodi tuh?
Simple yet butuh membiasakan diri. Seperti
- rutin berolahraga,
- makan dan tidur teratur,
- tidak perlu begadang bila memang tidak diperlukan,
- menjaga kebersihan diri dan ruangan tentunya,
- konsumsi vitamin dan yang bisa meningkatkan sistem imun,
- selalu sehat secara mental dan batin.
Inilah monolog-ku, yang aku harap ada pesan yang bisa diambil. Stay safe and healty, teman-teman!
Tidak ada komentar: