Steve Jobs' Story

 


Hi! I’m back. January was a hectic month, I only wrote 1 article on this blog :( tapi gapapa, yuk lanjut di bulan Februari.

 

"I was out -- and very publicly out," he recalled in a commencement speech at Stanford University. "What had been the focus of my entire adult life was gone, and it was devastating." He added, "I was a very public failure."


Steve Jobs (1955-2011)




Kalimat yang saya ambil dari ABC News ini yang akan menjadi bahasan topik blog kali ini. Sebuah bisnis berjalan jika ada beberapa orang yang satu visi dan misi. Satu tujuan yang sama. Menemukan orang yang seperti itu tidak bisa dibilang mudah.


Pada dasarnya setiap manusia tidak akan menunjukkan 100% dirinya kepada orang lain secara tiba-tiba. Satu tahun, bahkan hampir lima tahun berteman, tidak bisa dipungkiri ada manusia yang hanya menunjukkan 1% dirinya kepada orang lain. Hal ini karena kepercayaan. Rasa percaya ketika kita menunjukkan diri sendiri ke orang lain. Rasa tidak ingin dihakimi, rasa tidak ingin terlihat lebih rendah, rasa tidak ingin terlihat buruk atau memang tidak ingin saja membuat orang lain tahu akan dirinya. Banyak sekali faktornya.


Rekan dalam bisnispun seperti itu. Aku sudah tidak satu visi dan misi lagi, aku keluar. Aku sudah tidak satu tujuan dengannya, aku keluar. Aku terlalu melangkah jauh sedangkan dia tidak bisa mengikutiku, aku keluar. Banyak pula contoh nyata yang mendukung bahwa memulai sebuah bisnis itu mudah, namun mempertahankannya itu tidak mudah.



Jobs keluar dari Apple, padahal beliau adalah co-founder dari Apple.


"I was out -- and very publicly out," he recalled in a commencement speech at Stanford University. "What had been the focus of my entire adult life was gone, and it was devastating." He added, "I was a very public failure."


Jobs adalah orang yang bisa dibilang perfeksionis dari kutipan berikut ini, "menuntut begitu banyak dari orang-orang yang bekerja untuknya. Itu adalah bagian darinya,". "Tapi dia membuat orang bekerja terlalu keras.… Bersikap lembut dan sopan bukanlah bagian dari sikapnya."


 

Perebutan kekuasaan meletus antara Sculley (Mantan CEO PepsiCo yang diajak Jobs untuk menjadi CEO dari Apple) dan Jobs. Pada musim semi tahun 1985 dewan direksi Apple berpihak pada CEO (Sculley), dan akhirnya mengeluarkan Jobs.


Dalam pidatonya di Stanford tahun 2005, Jobs mengakui bahwa dia "benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan selama beberapa bulan setelah dikeluarkan dari Apple”. Dia merasa mengecewakan sesuatu, dia merasa menjatuhkan tongkat estafet ketika seharusnya itu dia pegang "



Dia menambahkan, "Saya bahkan berpikir untuk melarikan diri dari (Silicon) Valley. Tetapi sesuatu perlahan mulai muncul pada saya. Saya masih menyukai apa yang saya lakukan. Pergantian peristiwa di Apple tidak mengubah itu sedikit pun. Jadi saya memutuskan untuk melakukannya. mulai lagi."

 


Steve Jobs Kembali pada tahun 1996 dengan NeXT Computer dan dilanjutkan dengan munculnya iMac. Ternyata beliau Kembali dan membuat nama Apple menjadi semakin luas dan hebat.


 

Pelajaran yang bisa diambil adalah emphaty. Memunculkan sifat emphaty kepada orang lain, berusaha put yourself in someone else's shoes adalah kunci. Ketika berbisnis, atau melakukan apapun, tentu kita tidak bisa sendiri, kita membutuhkan orang lain. Namun ingat, bahwa orang tersebut juga membutuhkan kita (karena manusia tidaklah mungkin mau melakukan sesuatu bila dirinya tidak mendapat manfaat sepeserpun. Pasti ada satu motif.). Orang lain juga membutuhkan kita, cobalah mengerti apa yang mereka butuhkan, dengan meletakkan diri kamu di sepatu orang tersebut, supaya bisa merasakan.


Begitu juga customer atau audience pada bisnis atau akun media sosial kamu. Apakah penting untuk fokus pada produk atau siapa dirimu? Tidak ada yang peduli. Audience atau customer hanya membutuhkan sesuatu yang bisa membuatnya merasa Bahagia, merasa senang, merasa diuntungkan. Riset kebutuhan customer/audience/ pasar sangatlah perlu. Mencoba mengerti apa yang mereka butuhkan dan apakah yang kami sediakan sudah sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.

 


Iphone pertama kali muncul tanpa bluetooth. Terlalu tergesa-gesa demi suatu kebutuhan yang belum jelas tujuannya atau terlalu perfeksionis memikirkan suatu untuk dipublikasikan/ di launch. Empathy adalah kunci. Kunci untuk membuka kepercayaan, atau tujuan hidup lainnya yang sekiranya sama, dalam suatu hubungan.

 


Terima kasih sudah membaca, maafkan bila tulisan ini terlalu random dan tidak jelas alurnya. Lagi kepikiran ternyata sulit juga ya dalam hal berbisnis atau apapun itu. Berbeda pendapat berkali kali itu sudah biasa, lalu keinget cerita dari Steve Jobs yang sempat dikeluarkan dan kembali lalu membuat Apple menjadi lebih baik dan stabil. Teman-teman saya yang sudah lama berbisnis, mohon saran dan tips dalam berbisnis boleh banget. bisa komentar untuk berdiskusi.

 


References:

 

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.