Sesuatu yang tidak terduga

Bagaimana 2020? Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sudah pasti ditanyakan oleh tahun 2021 kepada kita.


Lord heal our earth, 2020



Berganti tahun identik dengan resolusi baru, resolusi tahun baru. Resolusi yang dibuat berdasarkan refleksi semua hal yang sudah menimpa diri kita di tahun 2020. Sebuah kehilangan, sebuah harapan, sebuah kesedihan, sebuah kebahagiaan. Semua perlu diingat kembali atau dituliskan kembali sebagai acuan sejauh mana kita bertumbuh dan berproses di 2020 serta mengetahui apa yang seharusnya kita lakukan di tahun 2021.

Apa yang membuat teman saya menghubungi saya? apa yang membuat teman saya meminta tolong kepada saya? Apa yang mereka butuhkan dari saya? Apa kritik dan saran dari teman-teman untuk saya? Ekspektasi orang lain terhadap saya bagaimana? Apa yang sudah saya lakukan di 2020? APa yang saya coba untuk tinggalkan di 2020? Iya, pertanyaan seperti ini sebaiknya ditanyakan guna untuk refleksi diri karena dapat membantu kita untuk mengenal diri kita, mengetahui 2020 mengarahkan kita ke mana sehingga kita memiliki arah yang jelas di 2021.


Sesuatu yang tidak terduga
Hidup adalah menghadapi suatu ketidakpastian dan ketidakpastian di tahun 2020 adalah yang terbesar (menurut saya). Ketika resolusi seharusnya lancar diwujudkan, ada suatu hal yang tidak bisa kita kontrol dan berpengaruh terhadap resolusi tersebut. Kertika saya sudah merencanakan, namun harus membelok, menunda, menggagalkan karena ketidakpastian yang tidak bisa dikontrol tersebut. Di sini, bukan berarti harus diam dan berhenti. Diam boleh, untuk berpikir jernih, menyusun langkah yang harus diambil selanjutnya. Terus berjalan, terus berproses. Ada namanya hal yang tidak terduga. Hal buruk yang tidak terduga dan hal baik yang tidak terduga. Hal buruk yang tidak terduga terkadang mendorong kita untuk melakukan hal baik yang tidak terduga sampai kita mengucapkan " tidak menyangka saya bisa melakukannya".


Hal buruk yang tidak terduga datang bukan untuk menunjukkan bahwa kita adalah sosok yang lemah tetapi cobalah mengerti mengapa kita harus merasakan kesedihan dan kesakitan itu? Saya percaya bahwa hal yang terjadi pada saya memiliki tujuan. Hal yang terjadi boleh sama, tetapi bagaimana tiap individu memaknai hal tersebut, berbeda. Pandemi COVID-19 dialami oleh semua orang di dunia, tetapi setiap orang memiliki makna dan pandangan yang berbeda atas pandemi COVID-19.


Pada masa pandemi COVID-19, banyak keluarga mengalami kehilangan yang terus-menerus: kematian, kehilangan orang yang dicintai; hilangnya kontak fisik dengan anggota keluarga dan dan teman; hilangnya pekerjaan, keamanan secara finansial; hilangnyakehidupan sebelum COVID-19 serta hilangnya harapan dan impian untuk masa depan. Di sisi lain, penyanyi terus bernyanyi, penulis lagu terus menulis lagu, koki terus memasak, vlogger terus memproduksi video blog mereka, pemerintah terus memerintah, pekerja terus bekerja, pelajar terus belajar, manusia terus berjuang untuk hidup. Semua tetap melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan, namun disertai adaptasi dengan kondisi yang ada.

"Ya memang begini jalannya" Kata-kata ini selalu muncul dari pikiran saya. Terkadang apa yang kita hadapi itu sudah di atur oleh Sang Pencipta. Saya berhak mendapat apa yang seharusnya saya dapatkan atas izin Tuhan. Di setiap kesulitan pasti ada kemudahan, dan sebaliknya layaknya roda berputar. Ketika saya mengingat prinsip ini saya belajar memandang suatu hal buruk yang tidak terduga, yang datang ke saya sebagai pemacu.


Ketika memiliki keyakinan bahwa semua hal yang terjadi di Bumi ini, di dunia ini memang seharusnya terjadi. Seharusnya mengajarkan kita sesuatu, dan yakin bahwa kita dapat melaluinya, dunia terlihat lebih baik dan adil.

-Nabilah Kusuma Wardhani

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.