Parents Things
Hai, ini adalah salah satu tulisan spontan yang tidak sengaja terpikir oleh ku dan sayang sekali kalau tidak dibagi.
Orang tua, baik ayah ataupun ibu, adalah kedua orang dengan kehendak dari Allah SWT, membuat kita lahir di dunia ini. Mereka sungguh berarti, sifat kita, karakter kita, mayoritas tidak jauh dari mereka. Karena mereka-lah konsumsi kita sehari-hari. Bagaimana mereka berkomunikasi, mendidik kita, dan membiarkan kita menyerap banyak sekali hal di dunia yang mungkin terlalu abstrak ini.
Sebuah percakapan terjadi antara aku dan ibuku beberapa hari yang lalu.
"Ma, kenapa sih perempuan kalo menikah di atas 30 tahun itu dibilang terlambat, padahal menikah kan ga ada aturannya. Siapnya seseorang untuk menikah kan juga berbeda-beda. Ga bisa dong, menikah karena takut dibilang atau di judge 'telat nikah'".
dan ibuku menjawab.
"Iya, nikah itu emang ga ada batesannya kapan, ga ada standardnya. Mama menikah usia 27 tahun karena mama udah mikir jauh ketika mama punya anak. Umur 28 mama punya anak, dan ketika anak mama umur 28, usia mama 56 tahun. Masih mayan muda lah ya". Kata beliau dengan santai.
"Cita-cita mama ketika memutuskan untuk menikah itu, mama pingin bisa ngobrol, cerita bareng, dan melihat anak-anak mama menyelesaikan S1 semua tanpa kepikiran biaya kuliah atau apapun. Mama pingin tetep kuat membiayai kamu hingga S1 selesai. Lega rasanya kalau gitu. Coba bayangin, kalau mama menikah lebih tua dari umur 27, mungkin mama sudah pensiun ketika kamu sedang membutuhkan biaya besar untuk kuliah, terus kamu berusaha cari biaya untuk kuliah, ga bisa ikut exchange, ga bisa ikut lomba di luar negeri karena keterbatasan biaya atau dengan alasan nemenin mama yang mungkin sudah sakit-sakitan karena usia tua. Mama ga mau hal itu terjadi, itu bakal jadi beban ke anak. Makanya mama menikah di usia ya lumayan lah sesuai standard-nya orang-orang itu".
"Mungkin banyak ya, orang di usia 30 tahunan udah kaya, ga kerja setahun pun udah bisa menghidupi keluarga 3 turunan. Tapi sayang sekali, itu bukan Mama sekarang. Mungkin kita bisa memprediksi hidup seperti itu, namun kita juga harus realistis. Hal itu tidak mudah diraih, mungkin terjadi, namun harus memikirkan kemungkinan terburuk supaya kita tetep bisa survive dan ga kecewa dalam hidup".
Okay, melihat planning kehidupan sangat penting, dan butuh sekali pemikiran yang visionary dan tetap realistis supaya kita tidak menguntungkan diri sendiri, namun juga banyak orang, utamanya keluarga yang akan dibangun nantinya.
"Ketika menikah, mama udah puas dengan hidup mama. Hidup sendiri mama. Mama udah keliling kesana-kemari, mama udah bisa beli ini dan itu pakai duit mama sendiri, jadi ketika menikah dan punya anak, orientasi mama cuman buat anak gitu. Anak yang utama, keluarga yang utama. Ngelihat anak dan suami bahagia, itu udah hadiah yang terbaik menurut mama"
Jadi mau nikah umur berapa, yang jelas menikah itu bukan karena ke-egoisan ya. Karena akan ada anak, anak yang punya cucu dan lain sebagainya. Let's be open minded and visionary but realistic.
Tidak ada komentar: