Insecurities and How to Overcome Them
Kita akan bicara tentang
insecurities, khususnya dalam hal I’m not okay if I'm not okay. Ternyata, ini
adalah hal yang hampir pernah dirasain oleh setiap orang, biar lebih mudah
memahami dan merasakan kondisi seperti itu, berikut ilustrasinya.
Namanya Mister P. Remaja 23 tahun yang sedang tidak melakukan apa-apa selain scrolling social media dan
menghabiskan waktunya membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih hebat.
Dia tidak termotivasi untuk mengerjakan tugas dan deadline pekerjaannya, alih-alih
menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyalahkan dirinya. “Kok dia lebih hebat
sih, aku ngapain aja selama ini”, “Enak banget sih bias jalan-jalan ke luar
negeri, aku harus posting foto-foto juga nih, ambil aja dari pinterest gapapa
kali ya”, “kok enak sih dia love life nya balance, ini aku tengkar terus, tapi
aku gamau dibilang tengkar terus, harus upload biar keliatan akur nih, i'm not ok if i'm not ok”, “Aduh
aku kok kayak jadi budak sih, ini kerjaan juga ga seberapa imbalannya dan aku
capek banget gakuat”
Hmm, Mister P sepertinya butuh
refleksi diri ya. Tentang apa yang Mister P kerjakan, Mister P engga berani
buat keluar dari pekerjaannya, walaupun ia sudah Lelah dan tidak punya tujuan
lagi di tempatnya bekerja itu. Mister P takut dibilang pecundang, pengecut,
takut dibilang tidak mampu, takut reputasinya jelek. Dia pun tidak menceritakan
apa yang terjadi pada dirinya, karena merasa orang lain tidak tau apa-apa dan
tidak akan membantu.
Begitulah ilustrasinya.
Terlihat jelas bahwa Mister P doesn’t have anyone who has his back.
Lalu, bagaimana? Nah di
tulisan kali ini akan dibahas hal-hal yang bisa dilakukan bila kamu mengalami
hal serupa atau insecure. Harapannya sih bisa jadi lebih baik dan tidak
insecure, tapi saya paham bahwa setiap manusia itu berbeda caranya. Hanya orang
tersebut yang berhak memutuskan cara mana yang terbaik dan efektif dilakukan. Setelah
mengolah beberapa informasi yang saya dapatkan, ada beberapa hal yang dapat
membuat hari-hari Mister P lebih indah (harapannya). Here are the things you
better have/do in each of your day. 😀
Worship🙏
Religious ideologies provide
people with predictable rules to help them cope with dangers and immediate
problems: a supernatural force or god ensures that in the end everything will
turn out well—either presently or in a possible future afterlife
(Immerzeel,2013)
Ketika kita memiliki hubungan
yang baik, yang dekat dan akrab dengan Sang Pencipta, kita dapat memiliki
keyakinan bahwa setiap hal yang terjadi akan baik-baik saja. Pun memiliki hal
yang paling buruk dalam hidup, itu normal. Dalam agama saya, ada suatu kalimat
dari Tuhan, “Allah tiidak akan membebani hamba-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupan-Nya
(Q.S Al-Baqarah ayat 286) Percayalah bahwa setiap hal yang terjadi, terjadi
dengan alasan.
Mencoba melihat setiap hal
buruk yang terjadi dari perspektif yang positif adalah langkah baikyang harus dicoba. Ambil waktumu untuk bercerita kepada Tuhan,
entah di pagi hari ketika bangun tidur, atau di malam hari ketika menjelang tidur.
Lepaskan semuanya, Dia mendengarkanmu, kamu sanggup melewati hari ini, kamu
sanggup menjalani hari ini.
Self-Affirmation🙆💓
Menurut saya, afirmasi yang benar-benar tulus untuk membuat diri menjadi merasa lebih baik adalah afirmasi dari diri sendiri. Karena hanya kita yang tahu sebenarnya apa sih yang dibutuhkan oleh tubuh dan jiwa kita setiap detiknya.
Apa sih self-affirmation
itu? Menurut APA (American Psychological Association) Dictionary of Psychology,
self-affirmation adalah konsep seseorang termotivasi untuk selalu menjaga
pandangan terhadap dirinya sebagai sosok yang mampu beradaptasi, memiliki
moral, kompeten, stabil dan dapat mengontrol bagaimana orang lain melihat
dirinya. (Saya akan membahas lebih
lanjut tentang teori self-afirmasi pada postingan selanjutnya ya).
Kata-kata baik yang kita
ucapkan untuk diri kita setiap pagi setelah bangun tidur seperti “Semangat
untuk hari ini, be kind, nab!”, atau ucapan terima kasih pada diri kita
di malam hari seperti “terima kasih atas kerja samanya hari ini” akan membuat
kita lebih bersahabat baik dengan diri kita dan akhirnya meningkatkan rasa
percaya diri.Bila kita yakin dengan kemampuan kita, orang lain pun melihatnya
seperti itu.
Live The Value✊😃
Value menurut Oxford Language
adalah a person's principles or standards of behavior; one's judgment of
what is important in life.
Satu hal yang melekat pada
diri seseorang, yang menjadi prinsip utama dalam hidup. Rasanya, menjalani
hidup sesuai dengan value akan lebih baik. Ketika kamu sudah memancarkan value
itu, entah melalui sosial media atau orang lain melihat secara langsung,
mayoritas orang yang datang di hidupmu adalah orang yang value-nya mirip
atau yang tertarik dengan value kamu. Tidak bisa dipaksakan untuk
memancar tiba-tiba ya value itu, hal-hal yang kamu share di sosial
media, kegiatanyang kamu ikuti dan bagaimana kamu bersikap secara online
maupun offline adalah hal-hal yang membantu memancarkan value kamu.
Ketika kita sudah tau value
kita, omongan orang lain yang menurut kita tidak benar, dapat dengan mudah
diabaikan. Pendapat baik dan buruk dari orang lain tentu kita terima, dan
difilter sesuai dengan value kita. Karena yang mengerti 100% tentang
diri kita hanya satu, yaitu diri kita sendiri. Orang yang berkomentar di
Instagram hanya mengerti 1% dari saya, karena saya pun memberi ruang bagi
mereka untuk mengenali saya 1% saja.
Lalu bagaimana bila belum tahu value saya?😦
Ambil waktu buat refleksi,
tulis di buku catatan harian juga boleh, dan coba tanya kepada diri sendiri
tentang:
1. Hal
apa sih yang bikin saya marah dan kesal?
2. Hal
apa sih yang bikin saya kembali merasa senang dan termotivasi?
3. Siapa
sih orang yang saya gemari? Kok bisa ya saya menggemari orang tersebut? Nilai
apa sih yang ada di orang tersebut?
Menemukan value dalam
hidup memang butuh waktu dan proses, karena hal ini yang menuntun kita dan
membentuk kita menjadi seorang yang seperti apa di mata kita sendiri maupun
orang lain.
Befriend with your limit🙅🙋
Lagi lagi, hanya kita yang
tahu 100% tentang diri kita. Diri kita, satu-satunya orang yang tahu dan berhak memutuskan
kapan kita harus merangkak, berjalan, berlari dan berhenti. Hal yang rasional
di sini adalah, bila tujuannya besar, tentu tidak bisa dengan merangkak terus
menerus, harus diseimbangi dengan berjalan, berlari dan berhenti/istirahat. Apa
yang diminta atau apa yang orang lain inginkan atas diri kita (kemampuan, ilmu,
waktu, dan lain sebagainya), akan selalu mereka inginkan, tentunya akan sulit
membuat orang tersebut berhenti menginginkan sesuatu dari kita.
Di sinilah pentingnya untuk berkata tidak karena kita yang bisa mengontrol diri kita sendiri. Bila tidak mampu, beranilah berkata tidak. Bila tidak sesuai dengan value kita, walaupun itu everyone’s dream, beranilah berkata tidak. Sebagai contoh, bila ada tawaran untuk membuat video profil suatu institusi dalam waktu 2 hari, saya pasti menolaknya. Hal yang mendadak, dengan skill video saya yang saya tahu tidak begitu expert, meyakinkan saya untuk menolak peluang ini. Meskipun bayarannya besar. Bila saya terima, sudah pasti saya akan banyak mengumpat dan berkeluh kesah pada teman, sosial media dan keluarga dan ini adalah hal yang tidak baik dalam hidup saya.
Mind Your Circle👯
Kamu tidak perlu tahu apa yang
dilakukan oleh seluruh orang di RT kamu, atau di keluarga besar kamu. Terkadang
diri kita merasa insecure karena kita terlalu memberi celah kepada orang asing,
yang tidak terlalu kita kenal dan orang tersebut memberikan komentar buruk atau
kritik kepada kita. Atau kita khawatir akan pendapat orang lain tentang diri
kita. Hal ini terjadi bila orang lain tersebut adalah orang yang hanya tau diri
kita 1% atau bahkan kurang. Sehingga rasa percaya yang kita taruh kepada orang
tersebut juga kecil namun memberikan persentase insecurity yang
besar.
Di sisi lain, bila kita hanya
memberi celah atau ruang bagi orang yang kita hampir 100% percaya, orang dimana
kita menceritakan segala keluh, kesah, suka dan duka, maka rasa insecure/tidak
aman tersebut akan sangat kecil.
Hal ini berdampak pada
aktivitas yang kita lakukan di sosial media. Hal-hal memberi komentar dan opini
buruk, yang biasanya kita ingin sekali tweet atau post karena ingin mendapat
validasi atau ingin mendapat perhatian dari orang lain, berkurang. Mengapa hal
ini bisa terjadi? Karena kita sudah tau, circle di mana kita bisa
menceritakan segalanya, circle yang bilang “I’ve got your back” kepada
kamu dan tentunya kamu sebaiknya bersikap yang sama kepada circle kamu
tersebut (karena hidup itu seperti give and take, hukum aksi reaksi, ya seperti
itulah)
Punya 1 teman yang selalu ada
di saat kamu senang atau pun sedih, yang selalu bertepuk tangan atas pencapaian
kamu akan jauh lebih baik daripada punya 100 teman yang tidak bisa membuat kamu
menjadi diri sendiri (fake circle, fake friends= a big no).
Control What You Can Control👀😇
Bahkan superhero pun punya
keahlian masing-masing. Hulk tidak memiliki kemampuan mengeluarkan jaring laba-laba seperti
Spiderman kan.
Hujatan orang, teman, society
itu adalah hal yang tidak sepenuhnya bisa kamu kontrol. Hal-hal yang dapat kamu
kontrol adalah membuat diri kamu menjadi lebih baik dengan caramu sendiri.
Mengetahui hal untuk melampiaskan emosi, melampiaskan rasa lelah dan hari yang
buruk itu penting menurut saya. Hal ini bisa seperti:
1. Membaca
buku 📖, self-improvement book karya Simon Sinek, James Clear, self-love book
karnya Haemin Sunim atau buku cerita masa kecil yang menjadi favoritmu.
2. Listen
to music🎵, it can be an instrumental, podcast, or motivational video. It can be
a song from your favorite musician.
3. Jalan-jalan
ke tengah kota sendirian sambil mendengarkan musik dan menikmati udara luar 🌆🌻,
mengamati orang lain yang sedang menikmati sore hari dengan anaknya, atau orang
yang sedang bercanda dengan hewan peliharaannya di taman kota juga bisa dicoba
untuk membuat harimu menjadi lebih baik.
Setiap orang memiliki cara
yang berbeda-beda untuk membuat harinya lebih baik, untuk membuat dirinya lebih
termotivasi. Lalu bagaimana cara kamu?
Ada quotes yang saya ambil
dari teman-teman saya :
"Jangan biarkan omongan/pendapat orang lain (netijen julid) menjadi kenyataanmu" (Eunike gave me this quote)
“Kita punya 24 jam, orang lain punya 24 jam. Apakah worth it untuk menghabiskan 24 jam kamu yang sangat berharga untuk selalu terbayang oleh perkataan orang lain? Mind your time” (From Veve, thank you for this!)
“It’s totally okay to be kind-selfish sometimes, tidak semua orang menyaki kamu, tidak semua orang menyukai keputusanmu” (From Veve again)
“Anggap saja mereka semua garam dan kamu hidangannya. Tanpa mereka, hidupmu hambar, namun jangan membiarkan mereka terlalu banyak masuk ke dalam dirimu” (Last, from Veve)
Last quote from me:
“Take care of yourself, especially your mental health. Because it is the greatest asset, which determines whether you can give an impact on others, whether you will be remembered or not”
- Nabilah Kusuma Wardhani
------
Thanks to Eunike, Desi, Veve,
Shintya, Shaffiratul, Safira, Ralita, Tatas, Regilia yang sudah meluangkan waktunya
untuk mikirin hal ini waktu Nabilah nanya beberapa hari yang lalu.
All the best for you guys!
- Nabilah Kusuma Wardhani
------
References:
- Immerzeel,
T., & Van Tubergen, F. (2013). Religion as reassurance? Testing the insecurity theory in 26 European countries. European sociological review,
29(2), 359-372.
- Self-Affirmation
Theory. APA Dictionary of Psychology
(https://dictionary.apa.org/self-affirmation-theory)
- The
Value of Sticking to Your Values. 2020. CVC Counseling Services
(https://www.cvcounselingservices.com/blog/2019/the-value-of-sticking-to-your-values)
- 6
Reasons Why “Mind Your Own Business” is the Greatest Advice Ever Given.
Kristine Hadeed. 2020. Medium
(https://medium.com/@kristinehadeed/6-reasons-why-mind-your-own-business-is-the-greatest-advice-ever-given-8ef3422347bd)
Tidak ada komentar: