boundaries
Disclaimer: Orang introvert mungkin lebih banyak relate dengan tulisan ini ya, karena tulisan ini ditulis dari sudut pandang seorang introvert. Selamat membaca!
Hi! Kali ini aku mau membahas tentang boundaries. Apakah
boundaries itu penting? Lalu seperti apa boundaries yang ada? dan harus
bagaimana dengan boundaries yang ada? Jawabannya tersirat ya guys!
Photo by Erin Larson on Unsplash
Hidup di dunia, semakin dewasa aku bisa menebak teman kita
semakin sedikit, walaupun network nya semakin luas, tapi yang benar-benar teman
yang mengerti, saling memahami dan melengkapi itu hanya sedikit. Selebihnya
pasti friends with benefit atau ya sekedar saling membutuhkan satu sama lain
karena ada kaitannya dengan pekerjaan, kuliah, dan lain sebagainya.
Tidak sedikit pula, orang yang memiliki teman banyak, namun
masih merasa sendiri. Surrounded but still alone katanya. Ketika sedih, ketika
butuh support system, teman yang bisa menjadi pendengar yang baik tidak ada,
walaupun di media sosial memiliki berpuluh-puluh teman atau memiliki banyak
teman di organisasi atau pekerjaan.
Kondisi surrounded but still alone menurutku sama halnya seperti ketika kamu mengundang banyak orang pesta di rumahmu (ada yang kenal, ada yang tidak kenal). Mereka mengambil makanan, minuman, apapun yang ada di rumah. Ramai sekali, sampai kamu sendiri bingung harus ke mana, melakukan apa. Bila itu orang yang tepat dan kamu kenal baik, mungkin masih wajar, namun banyak juga orang yang tidak kamu kenal, sehingga kamu tidak bebas untuk melakukan sesuatu karena canggung dengan orang yang tidak kenal tersebut.
Itulah pentingnya membuat batasan-batasan dalam pertemanan atau hidup. Misalnya ada 3 circle (anggap saja seperti bawang bombai atau bawang yang berlapis-lapis itu)
1. Bagian terdalam adalah diri kamu sendiri, yang paling mengerti diri kamu intinya seperti apa
2. Bagian kedua ada keluargamu
3. Bagian ketiga ada sahabat atau close friend
4. Bagian keempat ada teman sepekerjaan, atau kolega dalam kantor
5. Bagian kelima adalah teman yang pernah sepekerjaan, namun sudah tidak saling berkontak satu sama lain karena pekerjaan tersebut sudah selesai
6. Bagian keenam adalah teman yang pernah kenal, namun tidak pernah/jarang berinteraksi
7. Bagian ketujuh adalah orang yang tidak kamu kenal, stranger.
By the way, ini opini aku, dan circle pertemanan yang aku terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apakah ini ribet? apakah ini terlalu pilah pilih teman? atau justru ada yang lebih banyak lapisan pertemanannya? Itu bebas teman-temanku. Tidak ada yang pasti tentang hal ini, tergantung pribadi masing-masing.
Menurutku menceritakan segalanya ke semua orang (ke semua circle) itu tidak efektif. Karena:
1. ada orang yang merasa baik-baik saja bila aku bercerita kepadanya
2. ada orang yang tidak baik-baik saja ketika aku bercerita kepadanya
3. ada beban, apakah cerita yang aku sampaikan itu malah membuat dia menjadi insecure atau toxic
4. ada beban, apakah cerita yang aku sampaikan itu tidak ingin mereka dengar dan hanya sebagai angin yang berlalu saja (ga penting-penting amat)
Sejujurnya aku tahu, 4 hal ini hanyalah aku mengelompokkan beberapa karakter dari teman sesuai dengan pengalaman dan pengamatanku. 4 tipe ini ada, namun, belum tentu circle-circle teman-teman bersikap seperti itu.
3. Bagian ketiga ada sahabat atau close friend
Bagian ini aku bold dan highlight karena, ini adalah the most productive circle, di mana kebanyakan value mereka sama dengan atau mirip dengan value aku. Sebagai orang introvert, membangun kepercayaan ke orang lain itu butuh usaha yang lebih dibanding orang extrovert. Berkali kali kalimat ini aku ucapkan ketika memilih close friend:
"mengapa kamu harus tahu banget tentang aku? aoa dampaknya ke kehidupanmu dan kehidupanku? dan apakah kamu layak mendengarkan keluh kesah toxic-ku?"
Beriringan dengan jalannya waktu pula close friend ini terbentuk dengan sendirinya ketika kita menebarkan hal atau melakukan hal yang sesuai dengan value kita. Sehingga kita pun dipertemukan dengan orang yang se-value. Ketika sudah menemukan orang yang se-value, diri sendiri ini jadi lebih bebas untuk berkarya dan berekspresi sesuai value dan tanpa segan menolak hal yang tidak sejalan dengan value hidup (jujur, kalau aku teman yang tidak se-value itu bisa di circle 5 ke atas)
Yes, we're living in this judgemental society. But I don't care hahaha. Tidak sedikit yang bilang suka pilih-pilih teman. At least aku tidak memilih teman berdasarkan status sosial atau ekonomi. Ini rasional demi kesehatan manusia, dan keefektivan hidup. Kalau orang yang tidak se value, itu butuh usaha lebih untuk menyamakan pikiran, pemahaman dan lain sebagainya, pasti cek cok nya lebih banyak dan itu pasti melelahkan. Berteman seluas luasnya sangat dianjurkan, di dunia yang sibuk ini, ber miliar orang yang ada di dunia ini, kita tidak akan membahagiakan mereka semua kan? membahagiakan diri sendiri itu yang utama kan? Nah, let's create the boundaries, yang akan membuatmu lebih bebas berekspresi, tidak takut di judge, tidak takut salah, karena the one yang ada di layer tertentu yang kamu buat adalah orang yang selalu ada di sampingmu baik dalam keadaan senang maupun sedih.
Meanwhile, tidak memiliki boundaries akan membuatmu menjadi people pleaser. Takut menolak tawaran orang lain, bingung bilang iya atau tidak, sudah bilang iya, tetapi tetap saja ngomel-ngomel karena menyesal "duh, ngapain ya aku terima tawaran ini" atau membuatmu menjadi orang yang memiliki banyak teman, tetapi merasa sendiri (karena beberapa temanmu tidak peduli dengan apa yang kamu lakukan dengan alasan friends with benefit atau hanya sebatas kenal saja).
Tapi aku takut kalo mereka kecewa sama aku karena udah aku tolak tawarannya, hey, se bertanggung jawab itukah kamu dengan kebahagiaan, dengan rasa kecewa mereka? Itu hal yang tidak bisa kita kontrol by the way. Mengapa tidak berfokus dengan hal-hal yang ada dalam kendali kita saja?
Tapi aku takut kalau dibilang egois. Hey, mengapa harus peduli dengan perkataan orang lain? Mungkin harus peduli bila didasarkan fakta dan data yang logis ya (yes, yuk menjadi orang yang data driven, ga hanya beropini tapi juga beropini disertai fakta yang logis). Kita yang tahu kapasitas kita, kita yang tahu diri kita, self-diagnosis, punya self-awareness yang tinggi is totally okay, konfirmasi ke keluarga atau ke close friend juga direkomendasikan.
Fun fact nih ya, kalau di pesawat kan biasanya ada perintah kalau misal ada hal yang emergency itu, yang pakai masker oksigen. Nah, itu aja dianjurkan berikan masker oksigen untuk anak anda, namun setelah anda menggunakan masker oksigen terlebih dahulu. Nah di sini aja diajarin kan, diri kamu sendiri baru orang lain. Jadi it's okay to set boundaries, jadiin diri kamu bahagia, pilih orang yang jadi 1st circle, 2nd circle kamu, dan kebahagiaan orang lain itu bukan sepenuhnya tanggung jawab kamu.
Jadi bagaimana setelah membaca ini? Tulis di kolom komentar ya. Terima kasih. That's all! Bye.
Tidak ada komentar: