Why? Is it Burnout?

Photo by Milada Vigerova on Unsplash
Aku tertidur. Aku pikir hanya sebentar namun dua jam sudah terlewat. Padahal sudah tertulis di jadwal hari itu seharusnya aku mengikuti online-course dan mengerjakan tugas dari Universitas. Namun aku memilih untuk tidur. Ketika bangun, bukannya merasa lebih baik seperti yang orang  pada umumnya rasakan ketika bangun tidur, tetapi aku merasa menyesal. Kenapa aku tidur? Kenapa tidak mengikuti online-course, bahkan menerjemahkan jurnal yang merupakan tugas wajib dari Universitas pun tidak ingin aku kerjakan.

Melakukan apapun katanya harus diawali dengan ‘why’. Harus tau alasannya apa, mengapa kita melakukan hal tersebut, dan kalau ‘why’ tersebut tidak kuat, maka menunda pekerjaan adalah jawabannya. Misalnya aku menunda untuk memasak, karena alasan untuk memasak adalah ingin dipandang jago masak, padahal itu bukan passion aku. Misal kita menunda buat menggambar ilustrasi, karena ini adalah hobi baru yang tidak ada deadline-nya (karena aku lebih suka mengerjakan sesuatu yang deadline-nya pasti, supaya mudah mengatur jadwalnya). Misal kita tidak mau menunda untuk belajar ujian, karena aku harus menyelesaikan ujian dengan nilai yang bagus, dan lain sebagainya.  

Buku Atomic Habit karya James Clear menjelaskan bahwa untuk bisa membentuk suatu kebiasaan dan mengurangi menunda pekerjaan, sebaiknya membuat pekerjaan tersebut:
1. Terlihat, dengan menuliskannya di kalender atau daftar to-do list.
2. Menarik, mengetahui alasan dan membayangkan hasil yang kita inginkan.
3. Mudah, memahaminya dan mencari cara supaya bisa mengerjakannya dengan mudah
4. Memuaskan, merupakan hasil yang didapatkan dari alasan mengapa pekerjaan ini menarik.

Ketika aku menanyakan kembali pada diriku why mengikuti online-course? Jawabannya untuk menambah ilmu. Sudah itu saja, nab? Aku juga tidak tahu mengapa, tetapi aku merasa ini worth it, tapi entah kapan worth it-nya. Aku  tidak membutuhkan online-course ini sekarang, namun ingin mempelajari topik tersebut. Nah, kan, tidak jelas. Aku butuh suasana yang fokus, yang tenang supaya bisa lebih memahami online-course tersebut. Suasana fokus dan tenang tersebut tidak aku dapatkan, karena aku masih menunda untuk membersihkan kamarku yang sangat berantakan, menurutku. Banyak buku, kertas, map dan tas berserakan di lantai. Meja belajar untuk meletakkan laptop pun, hmm, rasanya tidak ada tuh tempat untuk laptop.

Lalu aku bertanya lagi pada diriku, mengapa malas sekali  membersihkan kamar? Bukannya kamu orangnya organized, rapi dan tidak suka sesuatu yang berantakan? Kamu bisa membuat jadwal tiap hari untuk melakukan banyak hal, tetapi tidak memasukkan aktivitas membersihkan kamar di jadwal tersebut.

Pernah? Kamu punya banyak aktivitas dalam sehari, mulai pagi hingga kamu terlambat untuk tidur. Aktivitas-aktivitas tersebut harus kamu ikuti, karena kamu membutuhkan atau wajib atau kamu suka dengan aktivitas tersebut. Ketika sudah selesai, energimu habis dan kamu merasa lelah sekali sehingga hanya rebahan yang bisa kamu lakukan dan scrolling media sosial. Tak sadar hingga larut malam, lalu kamu tertidur dengan kondisi yang hmm.. belum sikat gigi, belum cuci muka dan kamar berantakan. Esok paginya kamu sudah tidak mempedulikan jadwal lagi. Kamu mencoba untuk fokus, tetapi berujung tertidur atau melakukan hal lain yang tidak ada di jadwal. Seperti yang aku lakukan di paragraf awal cerita ini.

Burnout namanya.

Burnout is a state of emotional, physical, and mental exhaustion caused by excessive and 
prolonged stress. It occurs when you feel overwhelmed, emotionally drained, and unable to meet 
constant demands.

Ketika kesibukan membuat kita tidak bisa mengontrol diri dan berujung ke hari yang tidak produktif. Sebenarnya kita sendiri yang tau batasan diri. Tidur terlalu larut itu tidak baik secara medis dan apapun itu sudah banyak buktinya. Burnout itu benar-benar membuat energi kita habis buat memikirkan "aku capek sekali", "tidak jelas sekali hari ini", dan lain sebagainya. Berpikir seperti “seharusnya aku bisa ini kalau aku itu” juga menurutku tidak baik, karena bagaimanapun juga kita harus bisa beradaptasi dan dalam ceritaku ini, sepertinya harus meluangkan waktu untuk diri sendiri, berbenah dan membersihkan kamar. Karena aku bisa menjadi lebih produktif kalau suasana disekitarku bersih dan rapi. Sedangkan kamar yang bersih sudah tidak aku miliki sejak awal Juli.

Berbenah yuk, pelan-pelan saja, mulai dari hal kecil yang baik saja, yang dibuat jadi kebiasaan. Lama-lama kebiasaan baik itu pasti berbuah hasil. Seperti:


  1. Melakukan setiap hal dengan tau alasannya mengapa. Bila orang lain dirasa lebih baik melakukan hal tersebut, apa salahnya untuk mendelegasikan suatu pekerjaan ke orang tersebut? 
  2. Bila kita sudah merasa lelah, tidak ada salahnya untuk istirahat dan melanjutkannya di hari esok. 
  3. Udah tau apa yang harus dilakukan ketika bangun pagi, jadi ketika kebangun pagi hari tuh ada motivasi lah buat bangun dan semangat gitu. Bisa bikin jadwal atau dipikir aja malem sebelum tidur, besok mau ngapain aja ya?
  4. Piknik!! atau makan di tempat favorit atau pesan makanan favorit, mungkin bisa membuat hari kita jadi lebih baik.
  5. Olahraga. Hmm, Akupun susah sekali buat konsisten berolahraga. Tapi beberapa teman menyarankan untuk olahraga supaya kita bisa fit dan bisa bikin bahagia katanya.
Balik lagi ke topik online-course di atas, akhirnya aku berhasil menyelesaikan online-course ku dengan 4 cara seperti di atas. 

1. Membuatnya terlihat. Memasukkan jadwal untuk online-course di Google Calendar sehingga ada alarm yang mengingatkanku untuk mengerjakannya. 
2. Membuatnya menarik. Online-course ini memiliki sertifikat di akhir yang bisa didapatkan bila aku menyelesaikannya, termasuk menyelesaikan kuis yang ada di dalamnya, sehingga ini memacuku untuk menyelesaikan online-course.
3. Membuatnya mudah. Mendengarkan si pemateri di online-course melalui laptop/ ponsel di kamar yang rapi dan suasana yang tenang. Tidak lupa istirahat 10 menit bila kelelahan dan air putih selalu ada bila aku merasa kurang fokus. Semua ini memudahkanku untuk mengikuti online-course.
4. Memuaskan. Ketika berhasil menyelesaikan kuis yang ada di dalamnya, dan kata kata"Congratulation! You're passed!", itu adalah kepuasan pribadi, dan akhirnya aku menyelesaikan online-course ini lalu menyelesaikan persyaratan financial aid yang membantu sekali dalam mendapatkan sertifikat.

Ternyata setiap hal yang kita lakukan itu prosesnya panjang ya, kadang termotivasi, kadang demotivasi. Manusia oh manusia.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.