INTROVERT (PART 2)



Introvert is boring and too serious

Sebenernya anak introvert itu suka pilih-pilih, apalagi dalam pertemanan. Maksudnya, mereka bisa berteman dengan siapapun. Dimanapun, tanpa memandang usia, gender atau apapun itu. Namun, karena pada dasarnya dia lebih nyaman untuk sendiri atau dengan orang yang tidak terlalu banyak, dia sering menutup dirinya bingkaran pertemanan besarnya. Sebagai seorang introvert, banyak yang bilang aku aneh, suka ngebahas topick yang seharusnya ga dibahas.

Misalnya ketika ada gempa, aku lebih prefer bertanya kenapa gempa itu bisa terjadi. Ketika ada kebakaran, aku menanyakan mengapa bisa sampai ada api yang terus meluas sampai besar dan ga ketauan sama orang sampai dia berhasil melalap segalanya. Kalau ada soal dengan jawaban A. Aku harus mencari tau kenapa jawabannya A dan apakah benar tidak ada jawaban lain selain A. Otakku sulit menerima sesuatu jika belum di analisis terlebih dahulu.

Bisa dibilang si introvert terlalu memikirkan sesuatu atau overthinking dan atau overfeeling. Kalau aku pribadi lebih ke overthinking.

Bahasan anak introvert ilmiah terus, mikir terus, ga bisa diajak bercanda. Sering banget dibilang begitu. Aku sulit buat menjadi diriku sendiri ketika tidak berada di circle yang tepat atau di lingkungan yang baru. Aku lebih suka membahas apa yang ada di depan mata untuk dijadikan topik diskusi. Memang si introvert ini suka memikirkan atau menganalisis lawan bicaranya, apa kesukaannya? Mengapa dia mau mengajak kamu biacara? Apa tujuannya? Bahasan apa yang dia suka? Sehingga, bercanda secara spontan dengan orang baru adalah hal yang sulit kecuali lawan bicara yang lebih dulu melakukannya. Jika si introvert sudah merasa nyaman dengan lawan bicara, dia pasti bisa membuka topik, bercanda, dan berbicara dalam waktu yang lama dan ini bakal seru.

Mungkin perspektif introvert yang boring dan too serious ini muncul karena orang yang sedang bertemu dengan si introvert pertama kalinya, dan tidak melanjutkan pertemuan yang kedua karena pada pertemuan pertama dia sudah menghakimi bahwa si introvert ini too boring and too serious. Jadi memang lebih baik understanding people daripada judging people you don’t understand.


Introvert always on a bleacher.

Artinya introvert itu pengikut aja, penggembira aja, dia ga bisa jadi pemimpin atau ketua atau apapun itu.  Kayanya kamu harus sering-sering baca buku atau artikel yang lebih bermanfaat deh.  Memang dunia memandang orang yang lebih capable atau bisa bertahan hidup adalah si extrovert. Namun, jangan melupakan si introvert. Dia memang membutuhkan effort lebih untuk bisa dikenal orang, untuk bisa terpampang nyata, untuk bisa berdiri di sebuah panggung atau podium. Aku sepakat bahwa sejak sekolah, lingkunganku lebih mendukung anak-anak extrovert. Mereka yang berani bertanya di depan kelas, berani membaca puisi di depan kelas adalah anak yang memiliki nilai lebih. Sedangkan anak introvert hanya duduk diam. Karena ya gimana ya. Anak kecil yang belum tau kepribadian dia apa, belum tau dirinya seperti apa, belum open-minded mungkin, disuruh menjadi extrovert ya gitu deh. Mungkin dia ketika SMA atau kuliah baru sadar atas potensi dalam dirinya, kecuali orang tua mereka paham betul kepribadiannya sejak kecil ya, pasti si introvert tersebut lebih bisa beradaptasi dengan dunia ini.

Pemimpin introvert sudah banyak ya. Seperti Obama misalnya. Karena sesungguhnya anak introvert itu gigih sekali. Kalau di passionate dengan suatu hal, pasti akan dia usahakan, akan dia raih dan dapatkan dengan matang dan pasti. Ada beberapa kalimat dari Washington Post yang menarik disini.

“Introverts like people just as much as extroverts do,” Cain wrote, buttressing Hoyer’s point. “They just don’t want to be surrounded by crowds 24/7 and they tend to prefer the company of close friends and colleagues.” Cain later added, “Introverted leaders often possess an innate caution that may be more valuable than we realize.”

"Almost every night that he is in the White House, Mr Obama has dinner at 6:30 with his wife and daughters and then withdraws to the Treaty Room, his private office down the hall from his bedroom on the second floor of the White House residence.

Jadi introvert tetap menjadi introvert walaupun dia sebagai pemimpin. Tugasnya adalah memikirkan bagaimana dia tetap menjadi dirinya dan tetap nyaman dengan apa yang dia lakukan. Itu kan pentingnya beradaptasi dan tetap menjadi diri sendiri? Harus konsisten gais jadi orang. Di Buku karya Susan Cain dengan judul Quiet juga banyak diceritakan tentang si introvert yang bisa memimpin dan pandai bercakap.

Referensi:

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.