a hopeless romantic
Menyesal ketika ego sedang mendominasi. Aku tidak melihat hal yang ternyata sulit untuk aku dapatkan. Mengabaikan kebersamaan, namun berusaha meresapi setiap momen. Hingga akhirnya jarak memisahkan. Sepi, ingin mengulang, ingin menyalahkan keadaan. Namun yang terlihat, semua sudah berbeda.
“Tidak pantas untuk ditunggu, mencari yang lain sepertinya jauh lebih menenangkan”. Asumsiku, tentang pikirannya.
Diri ini masih berharap, bahwa hal yang sulit untuk aku dapatkan saat itu, mau kembali lagi. Ada harapan, mungkin dia masih memiliki tendensi. Namun tidak ingin menyampaikan. Ada harapan, dia adalah masa depan.
Lalu aku menanyakan pada diri sendiri, sampai kapan mau berasumsi dan beropini?
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sorrow. Ego is dominating.
Couldn't see the thing that turned out to be hard for me to get.
Ignoring togetherness, trying to live the present.
Until the distance separates.
Blaming the state of affairs.
But everything has changed.
"Not worth the wait, looking for someone else seems to be more worthy". I'm assuming about his thoughts.
I still hope that he will come back again.
I still hope that he still has a tendency, but does not want to convey it.
There is hope that maybe he is the future.
Then I asked myself, until when?
Tidak ada komentar: