Support System

Mengubah sistem itu membutuhkan waktu dan tenaga, terlebih kamu sedang berinteraksi dengan sosok yang berbeda konsumsi dan keyakinan.

Betapa menyenangkan? Memvisualisasikan apa yang ada dipikiran kamu ke dalam bentuk coret-coretan? Mungkin tidak coret-coretan seperti di kertas, namun coret-coretan semirip mungkin dengan hal yang ada di pikiran kamu, dalam bentuk digital image, atau slide misalkan.

Betapa menghemat waktu? Ketika kamu tidak perlu mengingatkan, mengoreksi dan menambah-nambahkan hal yang kurang? Karena semua sudah tertuang dalam slide atau deck yang memvisualisasikan ide kamu itu?

Betapa menyenangkan? Mempercepat berpikir rekan kerja dengan memberikan deck yang sudah pasti dan lengkap, sehingga rekan kerja kamu hanya perlu mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan? Menata layout? Mengoreksi kata-kata? Memikirkan judul? Ah, memangnya responsibility kamu apa, sehingga harus melimpahkan pekerjaan tersebut ke seorang Graphic Designer, misalnya.

Sejauh yang aku tahu, graphic designer hanya membuka aplikasi yang dia gunakan untuk edit, dan memasukkan segalanya di aplikasi tersebut sesuai bahan yang dikasih. Bila tidak ada layout nya? Tidak mungkin dia tidak bertanya balik untuk klarifikasi maksud dan tujuan dari hal yang kamu kasih ke graphic designer.

Komunikasi itu melelahkan (Khususnya sebagai seorang introvert sepertiku). Aku selalu berpikir bagaimana menjadikan komunikasi seefektif mungkin. Mengubah sistem itu melelahkan. Semuanya melelahkan karena support system yang kurang. Seperti mendorong Tembok Berlin sendirian, tidak menggunakan mesin atau beramai-ramai.

Aku sempat berpikir, buat apa aku menghabiskan waktuku untuk mengubah hal yang tidak mungkin berubah? (Contohnya, mana mungkin Tembok Berlin bisa roboh bila hanya kamu yang mendorongnya?) Atau akan berubah dalam waktu yang lama? Lagi-lagi, waktu? Apakah kamu tidak ingin menggunakan waktumu untuk hal-hal yang dapat membuatmu jauh lebih berkembang? Tentu saja ingin, bukan?

Pembicara salah satu webinar yang aku dengarkan (dari @fempire.id) akhir Januari lalu berkata. Bila tempat itu tidak lagi memberikan hal yang aku butuhkan, atau aku tidak mendapat apapun untuk mindset ku, passion ku, melainkan hanya ilmu dan waktu yang diperas, aku bisa saja mengatakan selamat tinggal saat itu juga.

Berkali kali, ingin aku mengubah sistem, sehingga sistem tersebut berjalan sesuai dengan teori teori yang aku baca dari buku How to Win Friends and Influence People, dari quote yang disampaikan oleh Simon Sinek, dan banyak artikel di internet. Aku kembali berpikir, apakah mungkin kamu, yang notabene adalah orang asing bagi mereka, kemudian datang dan meminta mereka untuk mengonsumsi bacaanmu dan mengikuti apa kata tokoh-tokoh yang kamu juga ikuti? Lagi-lagi, mungkin saya, namun membutuhkan waktu. Karena itu tidak ada di daftar kepentingan mereka. Tidak ada di daftar prioritas mereka.

Aku ingin pergi rasanya, ke tempat di mana aku bisa belajar banyak, ke tempat di mana aku merasa ditantang, dan diberi kritik dan saran yang membangun. Ke tempat di mana mereka mendukung dan memberikan masukan terhadap apa yang aku usulkan. Aku ingin mengembangkan diriku. Eh, tetapi, bila semua orang sepertiku, apakah bukan berarti semua orang itu egois ya? Hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri?

Bukan seperti itu, ketika mereka melakukan hal sesuai dengan passion dan apa yang mereka senangi, tidak ada lagi (atau hanya sedikit) stress. Kebahagiaan meningkat, orang menjadi baik hati, dan akan terus berbagi kebahagiaan supaya orang disekitarnya merasakan kebahagiaan seperti dirinya. Ini asumsiku. Bagaimana asumsimu?

Sistem ya engga bisa berubah kalau engga ada yang men-support.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.