Encanto! Love you Mirabel Madrigal

Tiba-tiba menjadi impulsif. Pencet-pencet dan akhirnya terbeli 2 tiket Encanto di salah satu bioskop di kota Malang. “Udah kebeli ran!, fix besok nonton”, kataku pada Rani, setelah berhasil membeli tiket bioskop melalui website. 


Encanto. Pertama kali mendengarnya, impresiku terhadap film ini adalah film yang hampir mirip dengan Coco, sebuah film produksi Disney Pixar. Keluarga, musik, menari, happy ending, seperti film Disney pada umumnya. Tentunya, aku juga memiliki ekspektasi bahwa pesan moral dari film ini bagus. 





Just tell the truth that you’re not fine at all. Terkadang terlalu memendam rasa sedih, sakit hati makin menjadikan diri kita yang sebenarnya hilang. Berpura-pura baik-baik saja, hanya untuk membuat orang lain tidak terlalu memikirkan kita, atau takut menjadi beban orang lain bila menceritakan hal yang tidak baik baik saja itu sama saja dengan menyakiti diri sendiri/ toxic. 


Sebenarnya dugaan-dugaan di atas pun hanyalah prasangka dan asumsi. Tidak akan tahu bagaimana yang sebenarnya bila tidak dikomunikasikan. 


Seperti Mirabel yang sangat sedih karena dia tidak dikaruniai keajaiban, namun pretend like she is fine at all. 


Film Encanto bener-bener ngasih tahu ke kita bahwa diversity inside the family is real dan kita harus bisa baik-baik saja dengan hal itu. Membandingkan diri sendiri dengan kakak atau adik tidak akan ada ujungnya, karena memang keduanya berbeda. Bercerita atau saling terbuka antar keluarga adalah hal yang terpenting, supaya tidak ada prasangka buruk atau hal-hal yang membuat salah satu atau beberapa dari keluarga itu sakit hati. 


Kakak dari Mirabel memiliki kekuatan super yang bisa memindahkan gunung, gerja, mengangkat rumah dan jembatan. Kelihatannya baik-baik saja dan bangga dengan keajaiban/kekuatan super yang dimilikinya. Namun, tuntutan dari seorang nenek, yang mengharuskan kakak tersebut terus membantu orang 1 desa bila ada kesulitan menjadikan kakak tertekan dan lelah. Khawatir bila kehilangan kekuatannya, dia tidak akan menjadi apa-apa. No guys, you are enough. You are your own power/ambition. Tanpa apapun, kamu adalah dirimu, dan you do you. Tidak perlu terlalu memikirkan apa kata orang lain yang tidak bisa kita kontrol.


Kayak kedua dari Mirabel dituntut untuk menjadi anggun, perfeksionis, lembut padahal dia hanya menuruti apa kata keluarga. Dia takut bila tidak menuruti keluarga, tidak akan membuat mereka bangga. Sehingga terpaksa menyembunyikan jati dirinya demi membanggakan keluarga. Bahkan dia akan menikahi seorang pria yang tidak dia cintai, hanya demi membanggakan keluarga. 


Menjadi keluarga pun seharusnya kita tidak berfokus pada luka masa kecil kita. Fokus agar luka tersebut tidak terjadi, terlalu melindungi keluarga dan menyetir anak cucu. Hingga lupa, bahwa mereka memiliki jalan hidup masing-masing. Memiliki tujuan, mimpi dan cita-cita masing-masing. Tapi aku rasa, seluruh keluarga berpikiran “it’s okay to be not okay”, ketidaksempurnaan itu adalah bagian dari keindahan yang harus disyukuri, pasti semuanya akan jauh lebih baik. 


Anyway. Tonton dulu Encanto deh. Bagus! Heartwarming, family banget. Dan visualisasinya pun bagus. Kuddos to Walt Disney Animation Studio. 


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.