say it louder?

 

Tertrigger membuat postingan ini karena ada tweet dari kak Kunto Aji yang lewat di timeline Instagram (di salah satu akun gitu). Ini tweet nya




Mengapa ter-trigger, karena terkadang ini benar, dan terkadang ini tidak benar. Begini penjelasannya. 

 

“And, when you want something, all the universe conspires in helping you to achieve it.” ― Paulo Coelho, The Alchemist

dari Quote Paulo Coelho yang jadi kiblat saya ini, semakin kita yakin dan percaya akan mimpi kita, disertai dengan usaha yang maksimal dan dukungan dari teman-teman suportif kita, dunia akan berkonspirasi untuk membantu kita mewujudkan mimpi tersebut. Say it louder! 


Sebagian orang berani untuk mengatakan atau menceritakan mimpinya kepada orang lain dengna motif, dia akan semakin bersemangat untuk menggapai mimpi itu karena sudah banyak yang tahu. Normalnya, orang akan takut akan rejection, kegagalan atau reputasi yang tidak baik. Hal ini didapat bila kita sudah bercerita kesemua orang namun ternyata kita gagal meraih mimpi kita. Maka dari itu, ada motivasi untuk berusaha lebih keras agar hal buruk tersebut tidak terjadi (hmm, seperti tanggung jawab untuk menjadi lebih baik setiap harinya walaupun motivasi menjadi lebih baik karena takut akan pendapat orang lain itu tidak baik. Seharusnya kita lah yang berhak untuk membatasi diri kita sendiri, bukan orang lain). 

Quote kedua yang berlawanan dengan Tweet Kunto Aji menurutku adalah:

"Usaha tidak akan menghianati hasil. Bila hasil masih berkhianat, usaha kamu kurang maksimal"

Nah, ketika menceritakan kepada orang lain itu adalah bagian dari mencari doa dan dukungan, tentu menceritakan rencana kepada orang lain adalah sebagian dari usaha.


----Ini dia lawannya!


Ada kata-kata dari: Derek Sivers di TED


“Repeated psychology tests have proven that telling someone your goal makes it less likely to happen. Any time you have a goal, there are some steps that need to be done, some work that needs to be done in order to achieve it. Ideally, you should not be satisfied until you had actually done the work. But when you tell someone your goal, and they acknowledge it, psychologists have found that it's called a social reality. The mind is kind of tricked into feeling that it's already done. And then, because you've felt that satisfaction, you're less motivated to do the actual hard work necessary. So this goes against the conventional wisdom that we should tell our friends our goals.” ~ Derek Sivers


Ada yang bilang, menceritakan mimpi atau rencana kepada orang lain membuat kita terlena, karena merasa itu adalah hal yang mudah digapai karena teman-teman sudah yakin bahwa aku bisa menggapainya, dan itu merupakan bentuk usaha, sudah ada doa dari teman-teman. Tim yang setuju dengan hal ini biasanya menceritakan kepada orang lain bila dia sudah konsisten untuk menggapai mimpi/rencana tersebut atau bila sudah terlihat di depan mata bahwa mimpi ini pasti terwujud. Hal ini didukung oleh perasaan:

1. Aku bilang kalo aku udah lolos aja, karena nanti kalau tidak lolos aku malu

2. Aku bilang kalau semua sudah siap aja, karena aku belum tentu bisa menggapai mimpi ini

dst


Sebenarnya saya kurang setuju akan hal ini, karena terkadang ada campur tangan pikiran yang membatasi kita untuk berani bermimpi dan yakin akan mimpi kita. Tapi, aku juga percaya akan hal ini, karena tidak baik pula menceritakan segala galanya kepada orang lain. Diri kita sendiri lah yang bisa memilah mana yang harus diceritakan kepada orang lain, mana yang cukup diceritakan kepada Tuhan atau keluarga saja. Hal ini berhubungan dengan proteksi diri dan rencana hidup masing-masing individu (strategi bertahan hidup kali ya namanya, iya, tidak semuanya harus diceritakan. Karena mungkin bisa menjadi beban bagi orang lain, atau membuat orang lain malah merasa tidak aman atas keberadaan kamu).


Oke jadi sebenarnya 50:50 yaa, tergantung kecenderungan masing-masing individu dan bagaimana kita membatasi diri kita sendiri, karena kita adalah batasan diri kita sendiri. Semoga paham yaa :D 


Hal terpenting di sini adalah, yuk berani bermimpi, selagi hidup cuma sekali, bermimpilah setinggi tingginya atau tidak sama sekali. 





Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.